Home environmentalism Gerakan Kolaboratif Lawan Resistensi Antibiotik

Gerakan Kolaboratif Lawan Resistensi Antibiotik

26
0





,


Singapura


– CIIP bersama GAEA yang bernaung di bawah Forum Ekonomi Dunia, serta didukung oleh PAA, merilis laporan tentang Aksi Ditujukan dan Pendanaan untuk Mengentaskan Kebutuhan Lingkungan Bumi.
Resistensi Antimikroba
di Asia.

Resistansi terhadap obat-obatan antimikroba merupakan situasi dimana mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur mampu bertahan dan berkembang biak meskipun telah diberikan pengobatan dengan menggunakan antibiotik atau bahan kimia lainnya yang biasanya dapat menghambat pertumbuhannya.
bakteri
Virus, jamur, serta parasit yang resisten terhadap obat-obatan –seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan anti-parasit– yang dulunya berhasil digunakan. Hal ini dipicu oleh penggunaan obat antimikrobial secara berlebihan, kurangnya akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.

Laporan itu mengungkap ukuran dari ancaman resistensi.
antimikroba
Di Asia dan menjelaskan empat metode supaya para donor dapat memberikan dampak signifikan. Laporan ini dibuat berdasarkan analisis atas 15 contoh nyata tentang mekanisme pembiayaan yang melibatkan 26 organisasi, mencakup perusahaan swasta, dana filantropis, lembaga pemerintah, serta penyedia layanan.

Sering disebut sebagai pandemic bisu, resistensi terhadap antimikrobika mempengaruhi lebih dari 4,7 juta nyawa selama tahun 2021. Fenomena tersebut diproyeksikan akan menjadi alasan utama kematian dengan angka sekitar 8 juta jiwa pada tahun 2050, melampaui jumlah korban akibat kanker. Selain masalah kesehatan, kondisi ini juga membahayai sistem pangan global dengan merusak industri peternakan serta polusi air. Sebagaimana dikatakan oleh Dawn Chan, Direktur Eksekutif CIIP di Singapura, pada hari Senin tanggal 5 Mei 2025: “Antimicrobial resistance adalah sebuah krisis raksasa yang bisa mendorong bidang kedokteran mundur beberapa dasawarsa.”

Di seluruh dunia, hampir satu dari setiap lima kematian akibat resistansi antimikrobial menimpa anak-anak berusia kurang dari lima tahun, sementara dua dari tiga kasus lainnya terjadi pada orang dewasa lanjut usia di atas 65 tahun. Benua Asia merupakan pusat utamanya. Dari total 4,71 juta kematian karena resistensi antimikroba pada tahun 2021, lebih dari setengah jumlah tersebut tercatat di wilayah Asia.

Kenaikan temperatur serta iklim yang ekstrem memacu perkembangan mikroorganisme dan penyebaran wabah penyakit. Hal ini menimbulkan gangguan pada sistem perawatan medis dan vaksinasi, lebih-lebih bagi wilayah dengan kurangnya fasilitas kesehatan dan kebersihan lingkungan. Selain itu, ada juga peningkatan dalam pemakaian antibiotika untuk hewan peternakan dan tanaman pangan, hal tersebut turut menyebabkan polusi air.

Chan menyebutkan bahwa tim sudah mendeteksi permasalahan serta opsi-opsi untuk mengatasinya. Akan tetapi, tak terdapat satupun badan usaha yang mampu meresahkan hal tersebut secara mandiri. Maka dari itu, lanjutnya lagi, diperlukan tindakan dermawan bersama dengan dukungan keuangan antar wilayah dan bidang.

Gim Huay Neo, Direktur Pelaksana sekaligus Anggota Dewan Penjalasan Forum Ekonomi Dunia, menyebut bahwa Perjanjian Davos terkait dengan Toleransi Mikroorganisme yang dirilis bulan Januari kemarin bertujuan memacu kolaborasi antara filantropi publik dan swasta guna mengurai ancaman toleransi mikroorganisme secara global. Dia menjelaskan, analisis dalam perjanjian tersebut menekankan tindakan efektif dimana pendanaan bisa digunakan untuk melindungi kesejahteraan serta meningkatkan kondisi kesihatan rakyat, sambil juga mereduksi potensi wabah penyakit dan mortalitas disebabkan oleh ketahanan terhadap mikroorganisme ini.

Laporan Tindakan Terarah dan Pendanaan Pemberantasan Resistensi Antimikroba di Asia menyarankan empat langkah intervensi. Tiga langkah pertama perlu dijalankan segera dan dalam frekuensi tinggi–ibarat berlari cepat–, sementara langkah ke empat berupa pembuatan obat dan vaksin membutuhkan waktu panjang seperti berlari maraton.

Berikut adalah 4 tahap intervensi terhadap resistansi antimikroba yang dapat diimplementasikan.

1. Pendidikan

Menambah wawasan guna meningkatkan kesadaran tentang ancaman kekebalan terhadap obat antibiotik bagi para dokter, pasien, petani, serta peternak, menyingkirkan pemakaian yang tidak perlu dari antibiottika tersebut, dan pencegahan penyakit

2. Pencegahan

Meningkatkan jaringan dan pelayanan perawatan kesehatan melalui penekanan pada langkah-langkah antisipatif semacam memperbarui metode diagnosis, mengoptimalkan standar higiene, penyediaan air bersih, serta membudayakan rutinitas cuci tangan.

3. Pengawasan

Meningkatkan pengawasan regional, pengumpulan data dan menyebarkannya pada aktor-aktor lain, terutama di negara-negara berpendapatan rendah.

4. Pengobatan

Penanaman modal dalam bidang riset dan pengembangan obat-obatan antibakteri terbaru.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here