Kata “angkat” dalam tradisi budaya dan bahasa Sunda serta maknanya menurut bahasa Indonesia merupakan dua pemahaman yang berbeda. Namun, baik dalam bahasa Sunda maupun Indonesia, istilah angkat tidak mustahil memiliki wilayah makna yang saling terkait.
Akibatnya, memiliki pemahaman yang unik, memperkaya satu makna dengan makna lainnya, serta menghasilkan semangat dan arah pikir yang baru.
Kurator Anton Susanto mengungkapkan, dalam konteks masyarakat dan budaya Sunda, kata angkat berarti pergi atau meninggalkan suatu tempat menuju lokasi lain. Istilah angkat ini merujuk pada tindakan yang dilakukan secara sadar, memiliki tujuan serta maksud bagi pelakunya.
Di sisi lain, dalam kamus Bahasa Indonesia, serta bagi pengguna Bahasa Indonesia, kata angkat memiliki makna tindakan untuk mengubah satu hal (barang, objek, gagasan, pikiran, atau bahkan harapan) menjadi sesuatu yang lebih tinggi dari sebelumnya.
“Topik ‘Angkat’ bermakna untuk terus mendorong serta mengubah situasi dan posisi seni Bandung. Karena hanya para seniman, pelaku di bidang sosial seni, maupun masyarakat seni di Bandung yang memahaminya dan menyadari secara pasti, ‘ke mana seharusnya pergi?’ serta ‘bagaimana keadaannya nanti?’” kata Anton.
Menurut Anton, tema “Angkat” untuk momentum Bandung Art Month 2025 merupakan sebuah pengingat untuk mempersiapkan diri dalam rangka merayakan satu dekade perubahan medan sosial seni di Bandung. Selain itu, menjadi metode Bandung untuk mewujudkan kemajuan seni rupa Indonesia.
“Topik ‘Angkat’ menjadi bacaan dan ucapan penuh makna. Pameran ini melibatkan partisipasi para seniman dari berbagai generasi, serta menampilkan presentasi, perspektif pemahaman, dan tindakan seni yang berbeda. Namun, tetap bersama menciptakan semangat inspirasi yang tak pernah padam,” ujar Anton.
Empat seniman
Kurator sekaligus Chief Executive Manager Grey Art Gallery, Angga Atmadilaga, mengatakan bahwa pameran “Angkat” menampilkan karya empat seniman yang telah berperan penting dalam perkembangan seni rupa kontemporer di Bandung. Mereka yaitu Asmudjo J Irianto, Actmove, Herry Dim, dan Reexp.
Selanjutnya, terdapat sebuah program undangan bagi seniman muda dari Bandung. Ada sebanyak 95 karya yang dikirimkan. Setelah melalui proses kurasi dan pemilihan, terpilih 31 seniman dengan total 31 karya yang ditampilkan dalam pameran “Angkat”.
Para seniman muda berusia di bawah 35 tahun ini tidak terbatas pada satu jenis medium. Dengan berbagai pilihan medium yang tersedia, mereka mampu mengeksplorasi secara lebih fleksibel. Oleh karena itu, karya-karyanya dapat mengikuti perkembangan zaman,” ujar Angga.
Sebagai bagian dari refleksi sejarah dan dialog antar generasi, pameran “Angkat” juga mengajak 10 seniman senior yang telah memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan seni rupa kontemporer di Bandung. Mereka menyampaikan berbagai ‘pernyataan’ mengenai seni. Pernyataan-pernyataan ini akan dipamerkan khusus di ruang galeri sebagai bagian dari narasi pameran tersebut.
“Pameran ‘Angkat’ tidak hanya menjadi perayaan terhadap keragaman praktik seni di Bandung. Namun, juga menjadi ruang pertemuan antara berbagai generasi, pendekatan artistik, serta gagasan-gagasan yang merupakan bagian dari lanskap seni rupa kontemporer Bandung,” kata Angga.