– Banyak tim di Indonesia pernah dibela oleh Robertino Pugliara saat masih menjadi pemain profesional. Namun, terdapat sebuah klub yang selalu tersimpan dalam memori khususnya: Persebaya Surabaya.
Pemain berasal dari Argentina tersebut hanya setahun bermain untuk Green Force. Secara spesifik di Liga 1 tahun 2018. Namun, itu juga menjadi musim pamungkas karirnya sebagai atlet profesional. Ia memutuskan pensiun usai mengalami cedera ligamen lutut.
Selama mengalami cedera, tim medis klub bertanggung jawab atas semua pengeluaran perawatannya. Kendati demikian, dukungan ini tetap diberikan walaupun masa kerja samadengan klub telah usai. Dia menyatakan, “Saya sangat berterimakasih pada jajaran manajemen Persebaya.” Lanjut dia dalam pembicaraan dengan Jawa Pos, “Semoga saja di waktu yang akan datang dapat ada kesempatan untuk kembali bekerjasama dengan mereka.”
Pugliara memiliki banyak kenangan dengan Persebaya. Meskipun hanya setengah musim saja bermain bersama tim ini, dia merasakan kedekatan dan kebahagiaan dalam menjadi bagian dari Green Force. Menurutnya, momen teringinannya yaitu ketika berhasil mencetak gol penentuan melawan Perseru Serui pada pertandingan pembuka Liga 1 tahun 2018. Selain itu, ia juga menikmati waktu bernyanyi lagu ‘Song for Pride’ bersama para suporter fanatik klub tersebut, Bonek, di penghujung pertandingan.
Dia sangat senang bisa menceritakannya kepada publik sebagai sebuah penghargaan untuk semua dukungan yang telah diberikan oleh fans selama dirinya membela Persebaya. Pemain asal Argentina ini biasa dipanggil Papito oleh pendukung mereka.
Saat ini, Pugliara telah mendapatkan pekerjaan barunya sebagai seorang penerjemah di PSBS Biak. Ini adalah sebuah posisi langka untuk seseorang dengan latar belakangnya sebagai atlet. Mengenai mengapa ia memutuskan untuk menjadi penerjemah, dia menjelaskan: “Sejujurnya, bukan profesion tersebut yang ingin saya tekuni. Namun, setelah menerima permohonan dari manajer serta tim pelatih, saya merasa sulit untuk menolakkannya,” ungkap lelaki berumur 40 tahun itu.
Tidak ada masalah baginya untuk menjalaninya. Lagipula, ia jarang menemui hambatan berarti dalam pekerjaannya sebagai penerjemah. “Terkadang hanya ketika sang pelatih menggunakan istilah yang sulit dipahami, baru saya perlu mencari alternatif kata supaya pesannya dapat dimengerti oleh semua orang,” jelas Pugliara.
Untuk sementara waktu, ia masih merasakan kepuasan dari pekerjaannya yang baru. Namun, ada potensi besar baginya untuk berpindah karier menjadi seorang pelatih. “Hingga kini, saya belum memiliki sertifikat pelatihan. Akan tetapi, bekerjasama dengan tim pelatih PSBS telah membangkitkan minat saya dalam bidang tersebut. Di masa mendatang, saya berniat mengambil lisensi,” demikian katanya.